Minggu, 07 Maret 2010

Bangsaku, Kembalilah Kepada Islam

Bangsaku, Kembalilah Kepada Islam

Sejak akhir 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi dan politik yang parah. Hanya dalam tempo kurang dari satu tahun nilai rupiah terhadap dollar jatuh hingga 5 sampai 6 kali lipat. Jika kemarin Indonesia sanggup membayar utang luar negeri dalam waktu 20 tahun, berarti sekarang utang itu baru bisa dilunasi seratus tahun lagi! Dua atau tiga generasi mendatang utang itu belum akan terlunasi. Betapa sengsaranya nasib bangsa Indonesia. Dalam kondisi tertekan seperti ini, kebijakan para pemimpin negara berkembang seringkali bersifat pragmatis, yaitu memilih yang paling menguntungkan dirinya sendiri. Akhirnya mereka membebek saja terhadap semua kehendak dan kemauan barat. Hanya sedikit pemimpin yang memiliki karakter, jiwa besar, dan semangat tinggi untuk membawa bangsanya ke arah kemajuan yang tidak berorientasi ke Timur maupun ke Barat. Ia mampu menggelorakan semangat kembali kepada nilai-nilai dasar yang paling asasi, yaitu agama yang dianut dan dipeluknya selama ini.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menyatakan bahwa secara psikologis terdapat kecenderungan negara terbelakang meniru apa saja yang datang dari negara yang dianggapnya lebih maju. Dalam konteks sekarang, karena yang dianggap negara maju adalah barat, maka apa saja yang datang dari barat mesti ditiru dan dijadikan model. Dalam perpolitikan misalnya, maka sistem politik yang paling dianggap ideal sekarang ini adalah yang datang dari barat. Akhirnya liberalisme, yang memberi porsi sangat besar kepada individu, menjadi model bagi semua negara berkembang. 'Kebebasan' dalam arti serba-boleh menjadi bagian terpenting dari trend tuntutan mereka di banyak negara, tak terkecuali di Indonesia. Begitu juga dalam urusan ekonomi. Liberalisme ekonomi seakan menjadi satu-satunya pilihan, sekalipun negara-negara berkembang kini telah dihajar habis-habisan oleh barat. Bertahun-tahun Indonesia membangun negaranya dengan pengorbanan rakyat yang luar biasa besarnya, tapi hasil pembangunan itu bisa dimusnahkan dalam waktu sekejap saja. Betapa mudahnya barat menghancurkan perekonomian suatu negara. Krisis yang terjadi di Indonesia, selain karena kesalahan dari dalam, tidak lepas dari rekayasa mereka. Tapi dasar nasib negara-negara berkembang yang secara psikologis memiliki mental rendah, maka jiwa budaknya selalu tampil membela tuannya. Biarpun sepatu tuannya sudah menempel di pipinya, mereka masih bertanya, 'apakah sepatu tuan bisa kami bersihkan ?'

Indonesia harus berani bersikap tegas dalam urusan ini. Jangan sampai latah mengikuti barat secara membabi-buta. Yang perlu disadari bahwa peradaban barat itu bukan peradaban dunia. Sejarah barat bukanlah sejarah dunia. Pola pikir dan ideologi barat bukan sumber inspirasi dalam menciptakan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Barat mempunyai ideologi, Islam juga punya. Barat memiliki pola pikir dan pola sikap, Islam juga memilikinya. Sikap bangsa Indonesia dalam hal ini seharusnya : Biarkanlah barat hancur dengan ideologinya, sementara kita membangun peradaban dunia dengan nilai-nilai Islam saja. Dengan sikap yang tegas ini, tentu saja Barat tidak suka. Mereka akan berbuat macam-macam untuk membungkam mulut dan mematahkan langkah penentangnya. Mereka akan selalu berusaha membuat citra Indonesia buruk, lalu akan mengisolasi, menjatuhkan sanksi berupa embargo ekonomi, sampai kepada memboikot secara penuh. Mereka juga masih bisa menempuh jalur lebih keras, yakni kekuatan militer, yang tentu saja bisa menghancur-lumatkan sebuah negara berkembang.

Mereka kini telah menguasai hampir seluruh sumber daya yang ada. Ekonomi mereka kuasai secara penuh, informasi ada dalam genggamannya, politik ada di tangannya, demikian juga kekuatan militer. Siapa yang tidak 'keder' menghadapi mereka? Yang diperlukan sekarang ini adalah sosok pemimpin yang memiliki kepribadian utuh dan karakter yang kuat untuk membawa bangsa Indonesia keluar dari krisis tanpa harus membebek kepada barat. Indonesia butuh pemimpin sejenis Ayatullah Khomeini, yang berhasil mengenyahkan dominasi barat dan segenap penguasa-penguasa bonekanya. Indonesia membutuhkan pemimpin sekuat Saddam Hussein, yang mampu bertahan dari berbagai serbuan dan serangan barat, juga membutuhkan orang sejenis Fidel Castro, dan orang-orang yang berkarakter lainnya. Tentu saja bukan dalam arti Khomeini, Sadddam, dan Castro yang otoriter atau diktator, melainkan yang dibutuhkan adalah karakternya yang kuat dan kepribadiannya yang utuh agar bangsa ini menemukan kembali jati dirinya.

Jati diri bangsa Indonesia adalah Islam. Ini yang harus benar-benar dipahami oleh semua unsur bangsa. Sejak Sumpah Pemuda 1928, para pelopor bangsa telah berikrar bahwa bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Yang dimaksud di sini adalah Bahasa Melayu, yang notabene adalah simbol dari bahasa ummat Islam. Meski Sumpah Pemuda itu sendiri diikrarkan di tanah Jawa, mengapa mereka tidak menggunakan bahasa Jawa? Karena bahasa Jawa lebih banyak dipengaruhi unsur budaya Hindu, yang mengurangi persamaan derajat, sementara Bahasa Melayu lebih dipengaruhi unsur budaya Islam yang terbuka dan cenderung tidak membeda-bedakan. Karenanya, jika ummat Islam Indonesia kembali kepada Islam, pada dasarnya berarti telah kembali kepada asal yang sejati. Lihatlah perbendaharaan kata atau istilah yang dipakai untuk menamai lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi negara. Di sana ada Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, dan sebagainya. Semuanya menggambarkan nilai dan budaya Islam, karena majlis, diwan, maupun mahkamah memang merupakan bahasa Islam.

Kenapa setelah merdeka justru Indonesia berbelok arah, menghadapkan wajah ke barat dan ke timur? Kenapa tidak kembali ke Islam saja? "Kebajikan itu bukannya kamu menghadapkan wajah ke barat atau ke timur, tetapi al-birr itu siapa yang beriman kepada Allah, kepada hari akhir, kepada malaikat-Nya, dan kepada nabi-nabi..." (QS al-Baqarah: 177). Setelah lima puluh tahun merdeka, ternyata bangsa Indonesia masih harus terus-menerus melakukan coba-coba dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih tengok kanan tengok kiri mencari alternatif terbaik untuk membawa bangsa ini menuju cita-cita bersama. Dua pemimpin terdahulu bangsa Indonesia, Soekarno dan Soeharto, sama saja. Soekarno menengok ke timur (RRC) yang komunis, Soeharto ke barat.

Yang lebih parah lagi, kehidupan beragama menjadi begitu tertekan. Agama telah disejajarkan dengan nasionalisme dan komunisme. Lahirnya faham Nasakom (Nasionalisme, Agama dan Komunisme) pada jaman Soekarno menjadikan kehidupan beragama meredup, bagai lentera yang kehabisan sumbu. Akhir dari episode itu adalah tumbangnya rezim Soekarno. Kemarahan rakyat tidak lagi bisa dibendung. Mereka menuntut agar Soekarno diadili di meja hijau dan semua harta kekayaannya dibekukan. Akhirnya Soekarno meninggal dunia semasa dalam tahanan atau isolasi, sebelum proses pengadilan itu sendiri berlangsung. Hal yang hampir sama terjadi pada saat ini, di mana Soeharto telah dipaksa mundur dan kekayaannya diusut. Hanya saja Soeharto masih hidup, dan tidak dalam tahanan. Antara Soekarno dan Soeharto mempunyai kesamaan nasib. Keduanya sama-sama diturunkan rakyat dari kursi kepresidenannya. Bedanya, Soekarno turun karena suatu 'revolusi', sedangkan Soeharto turun karena 'reformasi'.

Yang patut disesalkan, kenapa pada waktu revolusi dahulu, ketika terjadi pergantian pemimpin negara dari Soekarno ke Soeharto tidak terjadi revolusi ideologi. Sebab ideologi itu sendiri patut dipertanyakan bila pencetusnya sudah melanggar atau melenceng dari padanya, dan bahkan ingin mengubahnya. Hasil perenungannya itu bisa saja salah, karena manusia memang tidak lepas dari kesalahan. Tampilnya Soeharto ternyata mengulangi kesalahan yang sama. Ia tetap akan membungkus ideologi dunia yang lain dengan ideologi lokal hasil perenungan orang yang telah dinyatakan melenceng tersebut. Malah ternyata Soeharto bertindak lebih keras dan kejam lagi. Ada pemaksanaan secara sistematis untuk menjadikan ideologi itu sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk berorganisasi dan melakukan apa saja. Lahirlah P4 untuk masyarakat umum, dan pelajaran PMP untuk para pelajar di sekolah. Hal ini merupakan pemaksaan yang sangat sistematis dan rapi. Entah berapa biaya dan tenaga yang telah diboroskan untuk proyek besar yang mubazir ini, sampai-sampai ada biro khusus, malah terakhir ada menteri khusus untuk menanganinya. Asas tunggal yang dipaksakan ini telah membawa korban yang sangat besar dari ummat Islam.

Timbullah berbagai penolakan yang ujung-ujungnya adalah peristiwa tragis di Tanjung Priok, Jakarta. Beberapa organisasi Islam yang besar ikut-ikutan pecah. Demikian pula tokoh-tokoh ummat. Ada yang menerima, ada sebagian menolak. Mereka yang tidak menerima akan dicap ekstrem, fundamentalis, yang karenanya berhak dimusnahkan dari negara republik ini. Ada yang mereka lupakan, bahwa negara ini bukan milik seseorang. Negara ini tidak diwariskan dari nenek moyang mereka. Negara ini adalah bagian dari buminya Allah. Allah-lah yang paling berhak menempatkan seseorang di bagian bumi mana pun, di perut perempuan mana pun ia dikandung. Allah yang mempunyai hak penuh tentang hal ini. Oleh karenanya, Dia-lah yang mestinya ditanya, apakah orang-orang yang tidak menerima ideologi tertentu itu tidak berhak hidup di bumi-Nya? Jika tidak berhak, kirim saja ke neraka. Jika berhak, kenapa harus dikejar-kejar, dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh? Ini suatu kezhaliman yang di luar batas kemanusiaaan. Orang-orang yang menolak semua ideologi buatan manusia, dan hanya mau menerima ajaran Alllah swt adalah orang yang paling berhak hidup di bumi, dan tentu saja yang paling berhak hidup di negeri ini. Merekalah orang-orang shalih yang kehadirannya ke dunia berperan untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan alam, dan menegakkan sistem keadilan. Mereka berpihak kepada Allah, kepada hukum-Nya, dan kepada sistem kehidupan yang telah diciptakan-Nya.

Selama ini dikesankan bila orang mendasarkan perjuangannya kepada agama dicap sebagai SARA, sementara yang mendasarkan perjuangannya pada ideologi nasionalisme dianggap pejuang. Ini merupakan sikap yang sangat diskriminatif. Rupanya hal ini merupakan strategi rezim lama untuk meminggirkan peran ummat Islam di gelanggang nasional. Sekarang, apa hasilnya setelah Soeharto memaksakan kehendaknya dengan keharusan semua pihak untuk menerima asas tunggal? Dapatkah dengan pemaksaan seperti ini menjamin terpeliharanya integrasi nasional? Buktinya masalah Priok, Lampung dan Aceh masih belum selesai. Buktinya sampai sekarang masalah Timor Timur belum tuntas. Buktinya telah terjadi berbagai kerusuhan-kerusahan yang susul-menyusul di berbagai penjuru tanah air ini. Kenapa demikian? Karena Pancasila yang dijadikan landasan oleh rezim Soeharto tidak lain dari utak-atiknya sendiri. Ia, dengan dibantu para penasihatnya menafsirkan Pancasila tidak keluar dari dua ideologi besar, yaitu liberalisme dan sosialisme. Ada semacam sinkritisme ideologi, di mana Soeharto menerapkan liberalisme dalam ekonomi, sementara dalam politik ia tetap menggunakan cara-cara pendahulunya, yaitu sistem sosialisme. Dengan cara itu, rezim Soeharto mengontrol semua pusat-pusat kekuatan politik, sekaligus menguasai pilar-pilar ekonomi, yang dibangun atas dasar korupsi, kolusi dan kronisme. Ternyata apa yang dibangunnya selama ini telah menghancurkan dirinya sendiri. Tembok yang dibangun kuat-kuat itu telah menimpa dirinya sendiri.

Kini era reformasi telah datang, Soeharto juga sudah lengser atau bahkan longsor. Pertanyaannya, apakah kita akan tetap mengulangi kesalahan yang sama, yaitu hanya mengganti pemimpinnya saja? Jika jawaban kita "ya", sebaiknya kita ucapkan selamat tinggal pada reformasi. Percuma saja perjuangan reformasi itu, sebab dalam waktu dekat mereka yang menggantikannya akan mengulangi hal yang sama. Kita tinggal menunggu kapan saatnya bangsa ini hancur untuk ke sekian kalinya.

Diringkas dan diedit ulang dari Majalah Suara Hidayatullah

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA



Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar)

Masa Depan di Tangan Islam

Masa Depan di Tangan Islam
Selasa, 29/09/2009 11:19 WIB | email | print | share

Kendati Gerakan Dakwah memiliki peranan penting dalam penyebaran nilai-nilai Islam dan perbaikan kondisi umatnya, namun tidak berarti bahwa masa depan Islam tergantung pada Gerakan Dakwah. Masa depan tetap di tangan Islam apakah Gerakan Dakwah memaminkan perannya secara baik dan maksimal ataupun tidak. Bahkan penyimpangan atau politisasi (bisnisisasi) Gerakan Dakwah dan ajaran Islam sekalipun tidak akan menghambat tersebarnya ajaran Islam di tengah masyarakat.

Di samping itu, hambatan dan serangan dari berbagai penjuru yang dilakukan oleh musush Islam di seantero dunia ini juga tidak pernah dan tidak akan pernah mampu menghambat perkembangan nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan manusia. Pertumbuhan umat Islam Eropa dan Amerika yang semakin hari semakin menguat, perkembangan berbagai gerakan dakwah di berbagai penjuru negeri Islam, tak terkecuali di Indonesia saat ini, kendati mendapat serangan dari dalam dan luar masyarakat Muslim, cukup sebabgai bukti bahwa Islam sedang berpacu dan melaju menuju sebuah titik yang tidak mungkin dihentikan oleh siapapun dan negara manapun. Karena kemajuan Islam itu merupakan kehendak pemiliknya, yakni Allah sebagai Pemilik alam semesta.

Dalam skala lokal misalnya, betapa pemerintahan Orde Baru telah memerangi Islam dengan berbagai cara, namun bukannnya Islam yang musnah dari bumi Nusantara, malah Orde Baru yang hancur dan bertahan hanya 32 tahun. Apa yang ditakutkan dari Islam oleh Orde Baru malah subur dan tumbuh secara mengagumkan seperti politik Islam dan sebagainya. Demikian juga target kristenisasi Indonesia untuk mengkristenkan Indonesia dalam kurun waktu 50 tahun juga tidak berhasil.

Dalam skala golobal juga bisa kita lihat, betapa Amerika dan sekutunya sangat gencar dan agresif memerangi Islam dan umatnya, khususnya pasca peristiwa WTC dan Pentagon 11 September 2001, malah Islam dan umat Islam semakin berkembang secara kuatititas dan kualitatif, termasuk di Amerika sendiri dengan ditandai dengan banyaknya masyarakat Amerika yang masuk Islam.

Oleh sebab itu, Gerakan Dakwah tidak boleh merasa GEER dan mengkalim telah bersaham besar kepada Islam dan merasa dibutuhkan Islam. Sebaliknya, Gerakan Dakwah-lah yang membutuhkan Islam. Tanpa Gerakan Dakwahpun Islam akan tetap jaya di masa yang akan datang sebagaiman ia telah pernah jaya sekitar 13 abad lamanya. Allah sebagai pemiliknya masih tetap Maha Perkasa dalam menolong agama-Nya

وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

“…….. Dan tidaklah kemenangan itu melainkan datang dari Allah. Sesungguhnya Dia Maha Perkasana lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al-Anfal / 8 : 10)

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Mereka merasa telah memberi nikmat padamu (Muhammad) dengan kislaman mereka.`Katakanlah : “ Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat paakudu dengan keislamanmu. Sebenarnya Dia Allah-lah yang telah memberi nikmat padamu dengan membimbing kamu kepada keimanan jika kamu adalh orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Hujurat / 49 : 17).

Sebab itu, Gerakan Dakwah Masa Depan tidak lebih dari sarana dan wadah Dakwah dan perjuangan para aktivisnya, bukan sebagai tujuan mereka. Islam menang dan berkembang bukan karena mereka, melakinkan mereka menang dan berkembang karena mereka komitment dengan Islam.

Ada empat alasan mengapa masa depan di tangan Islam, atau dengan ungkapan lain, Islam adalah agama dahulu, sekarang dan juga masa depan :

1. Sesuai dengan janji dan kehendak Allah sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur-an Al-karim. Di antarnya :


a. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakanamal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan mengokohkan bagi mereka agama (Islam) yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan apapun dengan Aku. Dan siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (Q.S. An-Nur /24 : 55).

b. “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan Cukuplah Allah sebagai saksi” (Q.S. Al-Afath /48 : 28).

c. “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selalin menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. Dia-lah yan telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petuunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik itu tidak menyukai” (Q.S. At-taubah / 9 : 32-33).

d. “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. Dia-lah yan telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petuunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik itu tidak menyukai” (Q.S. As-Shoff / 61 : 8-9).

e. “Sesungguhnya Kami pasti menolong Rasul-Rasul kami dan orang-orang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (kiamat)” (Q.S. Al-Mukmin /40 : 51).

f. “Jika kamu tidak mau menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir (musyrik Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang (dengan Abu Bakar Ash-shiddiq) ketika keduanya berada dalam gua, di waktu berkata kepada temannya :”Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah dan Kalimat Allah itulah yang tinggi dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-taubah /9 : 40).

g. “….. Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang Mukmin”. (Q.S. Ar-Rum /30 : 47).

2. Sesuai dengan berita gembira dari Nabi Muhammad Saw. Di antaranya :

a. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shohehnya :

عن ثوبان أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
إن الله تعالى زوى لي الأرض حتى رأيت مشارقها ومغاربها, وإن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها وأعطيت الكنزين الأحمر والأبيض ......

Dari Tsauban bahwa Nabi Saw. berkata : Sesungguhnya Allah mengkerutkan bumi bagiku sehingga aku melihat timur dan baratnya. Sesungguhnya kerajaan umatku akan sampai ke wilayah yang dikerutkan padaku, dan aku diberi (Allah) dua simpanan (pemerintahan Kisro dan kaisar di Irak dan Syam) merah dan dan putih (emas dan perak)….(Hadits Riwayat Muslim). (Shoheh Imam Muslim hal, 2215)


b. Dari Nafi’ Bin Utaibah, dia berkata : Ketika aku bersama Rasulullah dalam suatu peperangan, maka tiba-tiba Nabi didatangi oleh suatu kaum dari sebelah barat, mereka memakai pakaian wol putih, lalu mereka menghampiri Nabi di sebuah bukit kecil. Mereka berdiri sedangkan Rasul duduk. Lalu berkata dalam diriku, datangi mereka dan berdirilah diantara mereka sehingga mereka tidak bisa membunuhnya (Rasulullah). Kemudia aku berkata lagi, barangkali Rasul sendang berbisik dengan mereka, lalu aku datng lagi dan berdiri di antara mereka. Maka Rasul berkata : Aku menghafal darinya empat (perkara) yang aku hitung dengan jariku, dia (Rasul) berkata : “Kamu akan memerangi Jazirah Arabia maka Allah akan memberikan kemenangan (pada kalian) atasnya, kemudian Persia, maka Allah akan memberikan kemenangan (pada kalian) atasnya, kemudian kamu akan memerangi Romawi maka Allah akan memberikan kemenangan (pada kalian) atasnya, kemudian kamu akan memerangi Dajjal, maka Allah akan memberikan kemenangan (pada kalin) atasnya”. Lalu Nafi’ berkata : Wahai Jabir kami mengira tidak akan keluar Dajjal sampai Romwi ditaklukkan (oleh kaum Muslimin). (Shoheh Imam Muslim, hal 225).

c. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Msunadnya, dari Abu Qubail ia berkata : Kami sedang berada di samping Abdullah Bin Amr Bin Ash, kemudian ia ditanya : Kota manakah yang pertama kali ditaklukkan, Konstantinopel atau Romawi? Lalu Abadullah menunjukkan sebuah kotak yang terdapat rantai anting-antingnya (pegangan untuk mengangkat kotak tersebut). Ia berkata : Lalu ia mengeluarkan sebuah buku dari kotak tersebut dan berkata : Abdullah telah berkata : Ketika kami berada di sisi Rasulullah Saw.kami menulis ucapan (jawaban) Beliau dari suatu pertanyaanyangdiajukan kepadanya : Kota manakah yang pertama kali ditaklukkan, Konstantinopel atau Romawi? Kota Hrakliuslah yang pertama kali bakal ditaklukkan jawab Beeliau”.

Tentang Hadist ini Dr. Yusuf Al-Qordhawi menjelaskan bahwa “ yang dimaksud Romawi (pada saat ini) adalah kota Roma, ibu kota Italia. Sedangkan Kostantinopel adalah kota Istambul.


3. Kekuatan dan keunggulan ajaran Islam sehingga mempunyai daya tahan dan daya tarik sepanjang zaman. Kendati Islam telah diturunkan sejak 1439 tahun yang lalu (sejak wahyu pertama di turunkan di gua Hirak), namun kekuatan dan keunggulan ajran Islam masih dapat dirasakan dan dibuktikan sampai hari ini, dan akan tetap dapat dibuktikan sampai hari kiamat nanti sebagaimana logisnya sebuah agama yang berlaku sampai akhir zaman atau hari kiamat kelak. Rahasia kekuatan dan keunggukan ajaran Islam tersebut terletak pada :

a. Orisinilitas ajaran Islam.

Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk merubah dan menyimpangkan ajaran Islam sebagaimana yang terjadi pada Kitab-Kitab suci sebelumnya, yakni Taurat dan Injil. Upaya penyimpangan tersebut dilakukan dengan du acara. Pertama, dengan membuat ayat-ayat Qur-an tandingan, seperti ynag dilakukan oleh Musailamah Al-Kazzab dan Hadits-Hadits palsu, sebagaimana yang banyak terjadi di abad pertama sampai abad ke emppat Hijriyah.

Kedua, dengan cara menyimpangkan makna dan pemahaman ayat-ayat Qur-an seperti yang terkait dengan Jihad Fisabilillah, warisan, hak dan kewajiban Muslim dan Muslimah, politik, pemerintahan dan sebagainya sebagaiman yang dilakukan oleh sebagian besar kaum orientalis Barat, seperti Snouk Hougronye, antek-antek kolonial Barat seperti Mirza Gulam Ahmad dan corong-corong kolonial Barat di berbagai negeri Islam baik individu maupun lembaga.

Allah menjelaskan bahwa Al-Qur-an itu adalah sebuah kebenaran yang diturunkan-Nya untuk manusia dan Dia berjanji akan memeliharanya dari berbagai upaya menghapuslan dan penimpangkannya“ Sesungguhnya Kami yang menurunkan Adz-Dzikra (Al-Qur-an) itu, dan Kami yang memeliharanya” (Q.S. : )

Adapun cara Allah memelihara Al-Qur-an ialah dengan memudahkan kaum Muslimin untuk menghafalanya secara benar, baik dan sempurna, sehingga setiap zaman, sejak zaman Nabi Muhammad Saw. sampai hari ini, selalu ada ribuan dan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang hafal Al-Qur-an, bahkan dua puluh tahun terakhir terlihat peningkatan jumlah para penghafal Al-Qur-an termasuk di Indonesia.

Cara lin untuk menjaga orisinaitas ajaran Islam ialah Allah melahirkan para ulama besar dalam berbagai bidang, seperti bidang fiqih (hukum Islam) seprti Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, Ahmad Bin Hambal dan lain sebagainya. Demikian juga dalam bidang ilmu tafsir sejak zaman Sahabat telah lahir seperti Ibnu Abbas dan sampai zaman kita sekarang seperti Sayyid Qutub, Muhammad Al-Ghozali, Al-Maududi, Said Hawwa, Buya Hamka dan sebagainya yang menjelaskan dan menafsirkan makna-makna Al-Qur-an secara benar dan kontekstual berdasarkan kaedah-kaedah ilmu tafsir yang standar.

Dengan demikian, umat Islam sepanjang zaman selalu mendapatkan pemahaman yang benar dan orisinil tentang Al-Qur-an, namun tetap sesuai dengan konteks zamannya, tanpa harus melakukan penafsiran yang menyimpang sebagaiman yang dilakukan oleh kaum orientalis Barat dan corong-corong merteka di negeri-negeri Islam.

Adapun cara Allah memelihara Hadits Rasulullah yang merupakan sumber kedua Umat Islam setelah Al-Qur-an ialah dengan melahirkan ulama-ulama besar di bidnag Hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Baihaqi, Ttirmizi, Annasai’i dan lain sebaginya. Para ulama di bidang Hadits tersebut telah merumuskan metodologi pencatatan Hadits Rasulullah secara sangat teliti dan cermat baik dari segi lafazh/matan (teks)-nya maupun dari segi maknanya. Dengan kepakaran mereka yang luar biasa tersebut umat dengan mudah mengetahui mana Hadits yang shoheh (benar dari Rasulullah) dan mana yang dho’if (lemah) dan mana yang maudhu’ (palsu).

Di samping ulama-ulama besar tersebut, saat ini lahir ulama-ulama besar di bidang ekonomi Islam seperti Khursyid Ahmad, Omar Chepra dan lainnya. Di bidang science (ilmu pengetahuan dan teknologi) lahir pula seperti Syekh Abdul Majid Azzendani, Ali Al-Bar, Harun Yahya, Dr. Zaqhlul dan sebagainya. Hal yang sangat mengagumkan, mereka mengkaji dan mengkritisi ilmu pengetahuan moderen dengan mengacu kepada informasi dan isyarat-isyarat Al-Qur-an dan Hadits Rasul Saw, sehingga hasil yang mereka dapatkan lebih unggul dari hasil pengkajian ilmiyah berlandaskan akal fikiran manusia semata.

b. Kebenaran Ajaran Islam

Sepanjang sejarahnya, kebenaran ajaran Islam telah teruji baik secara teori maupun praktek.. Berbagai kritik yang dilancarkan kaum orientalis Barat dan sekuler Muslim terhadap kebenaran ajaran Islam hanya sebatas kritikan yang kurang objektif, tidak mendalam dan tidak mendasar. Yang mereka kritikpun terbatas seperti hukum potong tangan, perkawinan Rasulullah (mempunyai Istri sembilan), ta’addud (poligami), sebagian perbedaan ibadah antara wanita dan pria, Jihad Fisabilillah yang mereka namakan dengan holy war, hukum waris, politik Islam, konsep negara Islam dan sebagainya.

Anehnya, mereka mengkiritk hal-hal tersebut dengan cara mengaitkan kondisi umat Islam hari ini dengan nilai tersebut, sehingga mereka meyakini bahwa kemiskinan, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kekerasan terhadap wanita dan sebagainya disebabkan nilai-nilai Islam tersebut.. Mereka tidak sadar dan tidak mengerti bahwa umat Islam yang mereka kaitkan dengan nilai-nilai tersebut tidak mengerti Islam secara baik, khususnya terkait dengan nilai-nilai Islam yang mereka tuduh sebagai penyebabnya. Dan juga lupa atau melupakan fakta bahwa kemiskinan dan ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi harti ini bukan monopoli kaum Muslimin yang hanya 20 % dari penduduk dunia yang mencapai enam milyar. Juga tidak sadar bahwa semua yang mereka kritisi tersebut sekarang menimpa semua umat manusia beraagama di muka bumi ini, bahkan di negara-negara Barat yang maju yang mereka puja-puja tersebut kekerasan terhadap wanita misalnya, terjadi hampir setiap detik, sedangkan mereka bukan Muslim.

Di samping apa yang disebutkan di atas, khususnya kaum sekular Muslim tidak sadar bahwa yang menurunkan nilai-nilai tersebut adalah Pencipta mereka sendiri yakni Allah yang mustahil keliru, tidak benar dan zalim terhadap hamba-Nya. Mereka mencari kambing hitam atas kebodohan dan kejumudan mereka sendiri yakni para ulama Islam. Mereka menuduh para ulama Islam telah keliru menafsirkan Islam, padahal otak dan kecerdasan mereka yang kurang untuk sampai memahami seperti yang dipahami oleh ulama-ulam besar Isla. Lalu mereka dengan bangganya mengangkat semboyan reinterpretasi (menafsir ulang) Islam. Lucunya, ilmu mereka tentang Islam, khususnya Al-Qur-an dan As-Sunnah tidak memadai. Bahkan kemampuan bahasa Arabnya sangat pas-pasan.

Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Yang terjadi sesungguhnya adalah keraguan iman (kepercayaan) mereka terhadap Islam karena tidak ma’rifatullah (mengenal Allah) secara baik dan benar. “ Dan jika kamu tetap ragu tentang Al-Qur-an yang kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur-an itu dan ajaklah penolong-penlong (pakar-pakar)mu selain Allah, jika memang orang-rang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti tidak akan dapat membuatnya, maka peliharalah dirinu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, disediakan bagi orang-orang kafir (mengingkari kebenaran Al-Qur-an walau hanya sebagian ayatnya)” (Q.S. Al-Baqoroh / 2 : 23 –24).

Upaya yang dilakuakan berbagai kelompok manusia sejak dulu sampai sekarang untuk mengeliminir kebenaran ajaran Islam belum pernah berhasil dan tidak akan pernah berhasil, apalagi di zaman ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang. Sebab berbagai kebenaran Islam Islam semakin hari semakin terbukti, bukan hanya oleh kalangan Muslim, melainkan juga oleh kalangan non Muslim yang jujur melakukan pengkajian terhadap nilai-nilai Islam dalam berbagai lapangan kehidupan manusia yang sedang sengsara hari ini.

Sistem ekonomi Islam, misalnya, seperti sitem perbankan, asuransi, trading dan sebagainya sudah menjadi alternatif penyelamat krisis ekonomi dunia saat ini. Demikian juga dengan ilmu penhgetahuan moderen yang dikaji melalui nash (tekks) Al-Qur-an dan As-Sunnah, semakin terbukti keunggulan Islam di hadapan agama-gama lainnya. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Rob (Pencipta)mu tidak cukup bagimu bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Q.S. Fush-shilat / 41 : 53).


c. Kesempurnaan Ajarannya Islam (komprehensif)

Salah satu karekteristik Islam yang menyebabkannya unggul sepanjang masa adalah kesempurnaan ajarannya. Sangat mengagumkan bahwa Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, sejak masalah individu, keluarga, bertetangga, bermasyarakat, berekonomi dan bahkan bernegara serta sistem hubungan internasional. Demikian juga dalam konteks sosial, ekonomi, politik, seni, budaya, pemerintahan, pendidikan, media massa atau yang lazim disebut dengan istilah ‘aqidah, syari’ah (ibadah dan mu’amalah) dan akhlak diatur dalam Islam dengan sangat rinci dan mengagumkan. Artinya, ajaran Islam mengatur kehidupan manusia 24 jam dalam sehari semalam dengan semua aspek dan dimensi kehidupannya, tidak ada yang ditinggalakannya. “…..Pada hari ini (haji wada’ –terakhir- yang dilaksanakan Rasulullah bersama 130.000 sahabatnya pada tahunke 10 hijrah) telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu (Islam), dan telah Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku dan telah Aku ridha-I Islam itu jadi din (sistem hidup) bagimu….” (Q.S. Al-Maidah / 5 : 3)

Kesempurnaan ajaran Islam itu telah menjadi pusat perhatian manusia di masa lalu dan juga di masa sekarang serta demikian juga halnya di masa yang akan datang. Pusat perhatian tersebut di antaranya disebabkan semua ajaran Islam mengandung seruan pemebesan diri masnusia dari berbagai bentuk penjajahan, pengabdian dan perbudakan selain kepada Allah dan mengarahkannya hanya kepada Allah sang Pencipta mereka. Sebab, telah terbukti sepanjang sejarah manusia bahwa keselamatan dan kasih sayang hanya dapat direalisasikan ketika penghambaan dan perbudakan kepada selain Allah dapat dilepaskan dari kehidupan. Sholat misalnya, dimulai dengan menyebut Allahu Akbar (Allah lah yang Maha Besar) dan ditutup dengan Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh (semoga keselamatan dan kasih sayang-Nya tercurah selalu kepadmu).

Demikian juga dengan ajaran-ajaran Islam yang lain, semuanya mengarah kepada pemebebebasan manusia dari berbagai bentuk perbudakan, penindasan, penghambaan dan kezaliman yang dilakukan oleh manusia atau setan terhadap manusia lainnnya agar manusia bebas dan merdeka, kemudian merasakan kenikamtan, keadilan, keselamatan dan kasih sayang. Induk ajaran pembebasan tesebut dimulai dan terletak pada syahadatain (dua bentuk kesaksian pintu masuk ke dalam bangunan Islam) dimulai dengan kata menafikan apa saja bentuk tuhan yang disembah, ditaati dan diisbatkan (ditetapkan) hanya kepada Allah, أشهد الا اله الا الله. Kemudian mengisbatkan (menetapkan komitmen) Muhammad adalah mandataris Allah
وأشهد أن محمدا ر سول الله

d. Kesesuain Ajaran Islam Dengan Akal dan Fitrah Manusia


Faktor lain yang menyebabkan masa depan di tangan Islam adalah karena ajarannya sesuai dengan fitrah dan akal fikiran manusia baik terkait dengan masalah-masalah yang dianggap sederhana seperti anjuran menjaga kebersihan badan, tempat dan pakaian, membuang sampah di jalanan, memintakan perlindungan Allah dari ganguan jin ketika masalah-masalah besar seperti keharusan menguasai ilmu pengtahuan masuk WC dan sebagainya ataupun yang terkait dengan (syar’i dan kauni) serta keharusan memiliki pemerintahan yang bersih dan kuat dalam rangka membangun sebuah perdaban umat manusia yang sesuai dengan akal dan fitrah mereka yang sehat.

Tuntutan akal dan fitrah manusia yang ingin bebas dari belenggu kemiskinan, terciptanya keadilan sosial dan pemerataan, Islam menjawabnya dengan konsep amal (etos kerja) yang tinggi dan sistem manajemen harta dan kekayaan melalui implementasi sistem zakat (kontribusi harta untuk 8 kelompok miskin sesuai dengan Surat Al- Baqoroh/2 : ……..), shodaqoh jariyah (pemanfaatan harta masyarakat yang bersifat long term dan untuk kebutuhan publik), hibah, infak nafilah (kontribusi harta yang bisa dimanfaatkan secara umum di jalan Allah), qordul hasan (pinjaman lunak bagi pelaku bisnis yang belum independen) dan konsep kerjasama ekonomi dan bisnis yang menghasilkan mutual benafite. Sistem keadilan social dalam Islam tersebut akan sangat efektif jika yang mengambil tanggung jawab manejerial dan operasionalnya adalah pemerintah, selama pemerintah bisa bersih dan professional.

Akal dan fitrah manusia menuntut adanya keamanan dan perlindungan dalam menjalankan berbagai aktifitas kehidupan, tersedianya berbagai fasilitas kehidupan (public services) seperti rumah sakit, sekolah dan infra struktur lainnya, Islam datang dengan konsep politik yang adil dan pemerintahan yang bersih dan kuat. Kata kuncinya terletak pada terpilihnya peminpin yang hanya takut pada Allah (taqwallah) dalam menjalankan amanah kenegeraan dan pemerintahan. Kemudian pemipmpin bersama rakyatnya kompak menerapkan berbagai sistem dan ajaran Islam (berpegang teguh pada ajaran Allah) yang sangat adil dan ideal dalam berbagai sektor kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam impelemntasinya, mereka menerapkan sistem amar makruh dan nahi mungkar agar penyelewenagan para pejabat pemerintahan dapat dicegah.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah (Islam) dan janganlah kamu berpecah belah. Dan ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika kamu bermush-musushan maka Allah jadikan hati kamu saling melunak maka dengannikmat-Nya jualah kamu semua menjadi bersaudara. Dan dulu kamu berada di pinggir jurang api neraka (sebelum masuk Islam), maka Allah loloskan kamu darinya. Demikian itu Allah hendak menjelaskan bagi kamu akan ayat-ayat (kebesaran)-Nya semoga kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada dari kamu sekelopmok umat uang bertugas menyeru kepada kebaikan dan mencegah yang mungkar dan mereka itu adalah orang-orang yang sukses”. (Q.S. Ali Imran / 3 : 102 – 104) “

Dan sekiranya penduduk suatu negeri itu (penguasa dan rakuatnya) berimandan bertaqwa kepada Allah, pasti kami bukakan kepada mereka berbagai keberkahan (pintu-pintu rezki) dari langit dan dari bumi, dan tetapi mereka menolak (kebenaran Islam), maka kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka lakukan itu. Apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan kami di waktu malam sedangkan mereka lagi asyik tidur? Ataukah penduduk negeri itu merasa aman dari keadatangan siksaan kami di waktu pagi sedangkan mereka lagi asyik bermain-main? Apakah mereak semua merasa aman dari makar Alla? Tdiak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali kaum yang merugi”. (Q.S. Al-A’raf / 7 : 96 – 99)

Akal dan fitrah manusia menuntut adanya kesetaraan antar negara dan tidak boleh ada suatu negara manapun yang mengancam kedaulatan negara lain apalagi sampai menginfasinya, maka Islam menjawabnya dengan konsep menjaga keseimbangan kekuatan antar negara dengan kewajiban umat Islam menguasai teknologi persenjataan yang canggih dan militer yang kuat seperti yang Allah jelaskan dalam Al-Qur-an, surat Al-Anfal / 8 : 60 : “Dan persiapkanlah untuk mereka semaksimal yang kamu bisa berupa kekuatan (persenjataan) dan dari kuda-kuda yang tertambat yang dengannya mampu menggentarkan musuh Allah dan musuh kamu dan juga (kekuatan) lain yang kamu tidak mengetahuainya, hanya Allah yang mengetahui mereka. Apa saja yang kamu infakkan (belanjakan1) di jalan Allah, Dia pasti menyempurnakan (balasan)-nya kepada kamu dan kamu sama sekali tidak akan dianiaya”.

Bentuk lain dari kesesuaian ajaran Islam dengan akal manusia ialah: Pertama, bahwa Islam meletakkan akal sebagai alat utama untuk memahami dan mencerna wahyu sebagai petunjuk hidup manusia dan ayat-ayat kauniyah Allah yang terbentang dalam alam semesta yang akan menjadi sarana hidup manusia di udnia ini. Kebanyakan wahyu yang diturunkan pada periode Mekah selama 13 tahun yang terkenal dengan periode pembentukan keimanan tersebut, terfokus pada khithobu ‘uqulinnas (memerintahkan manusia menggunakan akal mereka) untuk memahami kebenaran ajaran Islam dengan pendekatan ayat-ayat kauniyah seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi, laut, angin, hujan, matahari, bulan, cahaya, pergantian sinag dan malam, palanet angkasa dan bahkan ayat-ayat kauniyah tentang manusia, seperti proses penciptaan mereka, hidup dan mati, kemudian dikaitkan dengan keimanan kepada Allah dan keesaan-Nya serta hari Akhirat. Jika ajaran Islam yang terkait keimanan, ibadah, mu’amalah, akhlaq dan sebagainya sebagaimana juga ayat-ayat kauniyah Allah tidak sesuai dengan akal atau akal manusia tidak akan mampu memahami dan mencernanya mustahil Allah memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akal mereka.

Di antaranya :
“ Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah) Kami telah melakukannya. Sebenarnya Kami membenturkan Al-haq (Konsep Tauhid) dengan Al-Bathil (Konsep Syirik) lalu yang Al-Haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang Al-Bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagi kamu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). Dan kepunyaan-Nyalah segala yang ada di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tidak memunyai rasa anggkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) mereka letih. Mereka mensucikan (Allah) malam dan siang; tiada henti-hentinya. Apakah mereka mengankat tuhan-tuhan dari bumi yang mampu menghidupkan (orang-orang yang sudah mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya (langit dan bumi) itu telah rusak dan binasa. Maka Maha Suci Allah Pemilik ‘Arsy (singgasana) dari apa yang mereka sifatkan. Dia tidak dimintakan pertanggung jawaban atas apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Apakah mereka mengangkat tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah : Mana argumentasimu? (Al-Qur-an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku dan peringatan bagi orang-orang sebelumku. Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang Al-Haq itu,, karena itu mereka berpaling (darinya). Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melaikan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya tiada tuhan (yang pantas disembah) selain Aku. Maka sembahlah oleh kalian semua akan Aku. Dan mereka berkata : Tuhan yang Maha Pemurah tekah mempunyai anak. Maha Suci Allah, sebenarnya malaikat-malaikat itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan-Nya. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataandan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan di belakang mereka (malaikat-malaikat) dan mereka tidak akan memberi syafaat (rekomendasi) melainkan kepada orang-orang yang diredhoi Allah dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Siapa saja di antara mereka yang mengatakan : Sesungguhnya aku adalah tuhan selain Allah”, maka orang itu akan kami beri balasan dengan neraka Jahannam, demikian itu Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim (yang menyekutukan Allah). Apakah Orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya (dengan big bank). Dari dari air Kami ciptakan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman? Dan telah kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi tu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan pula di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara (deengan sistim yang canggih). Sedanglan mereka masih berpaling dari tanda-tanda (Kekuasaan Allah). Dan dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing (dari keduanya) beredar pada garis orbitnya. Kami tidak pernah menjadikanhidup abadi bagi seseorangpun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Kami akan menguji kami dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (pada hari Akhirat kelak). (Q.S. Al-Anbiyak / 21 : 16 – 35).

Kedua, di sampaing sebagai alat utama menalar dan memahami wahyu dan ayat-ayat kauniyah Allah, Islam juga membuka peluang kepada akal manusia untuk memikirkan teknis-teknis yang terbaik untuk mereka dalam menjalankan kehidupan ini. Batasannya ialah selama tidak bertentangan dengan aturan main Allah. Misalnya, teknis memiliki anak, memperoleh harta, pangkat, jabatan dan lain sebagainya haruslah sesuai dengan kaedah halal dan haramnya Allah dan Rasul-Nya. Namun. Bagaimana teknis meningkatkan pruduksi buah-buahan yang menjadi kebutuhan manusia misalnya, Islam memberikan keleluasan untuk memikirnya karena semuanya pasti bermuara kepada sunnah kauniyah Allah juga. Inilah yang dimaksud dengan fleksibelitas ajaran Islam. Artinya, teknis dan sarana kehidupan manusia berbeda dari satu zaman ke zaman yang lain dan cendrung berkembang. Karena itu Islam tidak meletakkan masalah teknis dan sarana kehiduopan manusia ke dalam kategiri fleksibelitas ajaran Islam. Lain halnya dengan masalah-masalah keimanan, ibadah, muamalah, moralitas (akhlaq) termasuk ke dalam kategori stabat (permanen) karena samopai kiamat tidak akan mengalami perubahan karena obkeknya adalah manusia itu sendiri di mana manusia tidak akan mengalami perubahan, baik fisik, psiskis maupun akal mereka. Yang berubaha itu hanyalah sarana kehidupan mereka.


4. Kegagalan Peradaban Moderen

Faktor lain yang meneyebakan masa depan di tangan Islam ialah peradaban moderena yang dibangun di atas dasar kapitalisme, sosialisme, materialisme, nasionalisme, sekularisme dan demokrasi ala Barat telah gagal membangun sebuah peradaban yang manusiawi. Akibat kegagalan tersebut, manusia hari ini hidup dalam kondisi ketidak pastian, kegelisahan, kekerasan, ketidak adilan (kezaliman), ketakutan dan mayoritas masyarakat dunia dilanda kemiskinan. Jiwa manusai yang dibangun peradaban moderen kososng dan tidak memiliki pegangan yang kuat. Penyakit jiwa dan bahkan penyakit fisik semakin hari semakin bertambah dan kronis. Berbagai kejahatan terhadaapa manusia dan lingkungan (alam) dengan mudah dilakukan baik oleh individu, geng preman, mavia bisnis, maupun oleh negara seperti yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya.

Di samping itu, fenomena bencana alam semakin meningkat akibat ulah dan prilaku manusia yang tidak mau mengikutiu sunnatullah fil kaun (ketetapan atauran Allah bagi alam semesta) sehingga melahirkan kerusakan yang luar biaa. Pengundulan berjuta-juta hektar hutan Indonesia dan kerusakan lingkungan hidup merupakan contoh kongkrit kebiadaban dan kebodohan manusia moderen dengan alasan eksploitasi dan optimalisasi potensi ekonomi. Namun kenayataannya, yang menikmati keuntungan ekonomisnya hanya segelintir kapitalis dan pejabat-pejabat pemerintahan yang menjadi agen atau broker kaum kapitalis itu. Masyarakat luas hanya menonton dan gigit jari sambil menanggung derita dan ekses negatif yang dihasilkan oleh sekelompok kecil kapitalis dan pejabat terkait. Cita-cita mensejahterakan umat manusai gagal total terhampas di atas batu karang yang bernama kezaliman ekonomi dan bisnis.
Lemabaga-lebaga dunia seperti PBB dan lemabagalemabaga kemanusian dunia yang di bahwah kendali PBB, dengan bantuan kemanusiaannya yang tidak seberapa, hanya dijadikan alat untuk menipu masyarakat dunia sambil menutupi kejahatan negara-negara kaya terhadap negara-negara berkembang dan miskin. Hegemono pilitik, dominasi teknologi persenjantaan, khususnya senjata nuklir dan pemaksaan siste ekonomi dan bisnis dunia sesuai selera dan kemauan Amerika dan sekutunya menyebabkan kesengsaraan umat manusia moderen semakin menjadi-jadi.

Kalau kita cermati dengan teliti, ternyata sumber segala musibah itu bermuara dari sistem yang zalim dan tidak adil, baik sisitem ekonomi, politik maupun yang lainngya. Kemudian Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak bermoral, apalagi tidak memiliki skill yang memadai dalam sebuah job di pemerintahan, menyebabkan kezaliman tersebut semakin meraja lela. Bila kita kaji secara mendalam dan teliti dengan hati yang lapang, Islam ternyata telah menawarkan berbagai sistem yang adil sejak 1439 tahun yang laliu, sekaligus metode menciptkan SDM yang bermoral dan sekaligus memiliki skil yang handal. Sebab itu, di tengah kegagalan peradaban Barat moderen ini, Islam akan tetap selalu menjadi pilihan utama dan menjadi alternatif tetakhir bagi penyelamatan masa depan umat manusia, tak terkecuali di Indonesia ini Isnyaa Allah.

Mengapa Kaum Neocons AS Sangat Membenci Muslim?

Mengapa Kaum Neocons AS Sangat Membenci Muslim?
Senin, 01/03/2010 10:56 WIB | email | print | share

Meskipun telah ada banyak diskusi mengapa banyak umat Islam tidak begitu menyukai Amerika, namun sedikit sekali yang menyatakan bahwa kaum Neocons yang menguasai Amerika sangat membenci kaum Muslim. Sangat benar, beberapa kaum Neocons membenci kaum Muslim karena keyakinan dan agama mereka, serta nilai-nilai budayanya, namun sepertinya ada penjelasan yang lebih mendalam lagi di balik kebencian mereka itu.

Alasan sebenarnya yang lebih tepat mengapa kaum Neocons begitu antipati terhadap kaum Muslim, karena bahwa orang-orang di Timur Tengah, yang mayoritas penduduknya Muslim, telah menolak dominasi AS, terutama pada masa setelah Perang Dingin, ketika Amerika menjadi satu-satunya kekaisaran yang tersisa di dunia. Penolakan itu telah menjadikan orang-orang Arab menjadi musuh abadi Neocons Amerika.

Pikirkan tentang invasi AS dan operasi perubahan rezim di Grenada dan Panama.Setelah selesai, warga dari kedua negara tersebut patuh menerima tatanan baru.Mereka segera berpelukan dan mendapatkan rezim yang sangat pro-AS. Tidak ada serangan teroris. Tidak ada kekerasan atau pemberontakan di kedua negara. Sebaliknya, keduanya dipenuhi dan dilengkapi dengan tatanan dunia baru.

Namun, tidak demikian, di Irak dan Afghanistan. Di kedua Negara itu, banyak orang yang mentah-mentah telah menolak apa yang disodorkan kepada orang-orang di Grenada dan Panama. Di kedua negara tersebut, siapapun menolak invasi, pekerjaan, dan operasi perubahan rezim. Rakyat Irak dan Afghan yang tak terhitung jumlahnya bahkan bersedia mengorbankan nyawa mereka dalam perlawanan terhadap campur tangan asing di negara-negara mereka, sama seperti yang mereka lakukan ketika Inggris dan Kekaisaran Soviet menyerbu Irak dan Afghanistan pada masa lalu.

Pertimbangkan Irak. Setelah Perang Teluk Persia, AS menerapkan sanksi yang paling brutal dalam sejarah pada rakyat Irak. Tahun demi tahun, anak-anak Irak sedang sekarat dari penyakit menular yang timbul dari air dan kotoran yang tidak diobati, dan juga karena ketidakmampuan untuk memperbaiki air-dan-pengolahan limbah tumbuhan yang sengaja dihancurkan oleh Pentagon selama perang.

Mengapa pejabat AS melanjutkan sanksi dari tahun ke tahun selama lebih dari 10 tahun walaupun mengetahui bahwa mereka menyebabkan kematian ratusan ribu anak-anak Irak? Karena rakyat Irak, sebagian besar dari mereka adalah muslim, keras kepala menolak untuk memenuhi tuntutan AS untuk mengusir Saddam Hussein dari kekuasaan. Untuk itu, mereka harus dihukum.

Pejabat AS menekankan bahwa sanksi akan dicabut begitu Irak memenuhi tuntutan AS untuk mengusir Saddam dari kekuasaan dan menginstal rezim pro-AS. Walaupun sanksi tidak pernah berhasil mengusir Saddam dari kekuasaan, ketika Duta Besar AS untuk PBB Madeleine Albright ditanya apakah kematian setengah juta anak-anak Irak telah sia-sia, ia menjawab bahwa kematian seperti itu, sebenarnya, "sia-sia." Lagi pula, apa cara yang lebih baik untuk menghukum orang-orang yang “membangkang” dan mempertahankan sistem yang membunuh anak-anak mereka?

Pola pikir Neocons tentang kaum Muslim mirip dengan pola pikir para pemilik perkebunan di Old South. Selama para budak patuh, dan hormat, semuanya baik-baik saja. Para budak di Old South tentu saja secara berkala mengeluhkan kondisi tetapi, pada umumnya, keluhan-keluhan seperti itu diterima. Apa yang tidak dapat diterima adalah resistensi dan perlawanan terhadap perbudakan itu sendiri, terutama ketika itu berubah menjadi kekerasan.

Dan itulah cara pandang neocons terhadap Muslim di Timur Tengah. Mereka terlalu sombong.Seperti budak di Old Selatan, itu adalah kewajiban pada orang-orang di negara-negara Timur Tengah untuk menerima tatanan dunia baru setelah jatuhnya Tembok Berlin. Ketika kekaisaran AS berbicara, mereka seharusnya mendengarkan, dan taat.

Tapi seperti yang kita semua tahu—dari sejak serangan di World Trade Center pada tahun 1993, serangan pada USS Cole, serangan di kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, serangan pada 9 / 11, dan kekerasan perlawanan terhadap pekerjaan di Irak dan Afghanistan—ada orang di Timur Tengah, yang Muslim, yang, tidak seperti warga di Grenada dan Panama, telah menolak untuk tunduk kepada Kekaisaran AS dan mematuhi perintah-perintahnya. Dan itulah yang telah membuat mereka menerima kebencian yang kekal dari para kaum Neocons AS. (sa/fff)